Apa Itu Perundungan?

Perundungan (bullying) adalah tindakan menyakiti seseorang secara sengaja dan terus-menerus, biasanya dilakukan oleh orang yang merasa lebih kuat—baik secara fisik, posisi, kemampuan, atau jumlah teman. Bentuknya sangat beragam: mengejek nama atau fisik seseorang, menyebarkan gosip, menendang atau memukul, mengucilkan teman dari kelompok, hingga menyerang lewat media sosial.

Dalam pandangan Islam, perundungan merupakan gabungan dari beberapa akhlak buruk sekaligus: kesombongan (takabbur), merendahkan orang lain (istighfâf), menyakiti hati (îdzâ’), dan kezaliman (zulm). Semua sifat ini secara tegas dilarang oleh agama, karena bertentangan dengan kemuliaan akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW.

Dalil Larangan Menghina dan Meremehkan

Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
 

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain; boleh jadi mereka yang diperolok lebih baik dari mereka.”
(QS. Al-Hujurāt: 11)


Ayat ini menegur langsung mereka yang merasa berhak merendahkan saudaranya. Al-Qur’an menegaskan bahwa posisi manusia tidak ditentukan oleh fisik, kekayaan, atau popularitas, tetapi oleh ketakwaan.


Mengapa Perundungan Disebut Akhlak Tercela?

Setidaknya ada tiga alasan kuat mengapa perundungan termasuk akhlak yang sangat buruk dalam Islam.


a. Merusak Kehormatan Sesama Manusia

Setiap manusia memiliki kehormatan yang dijaga oleh syariat Islam. Ketika seseorang direndahkan, dihina, atau dipermalukan di depan umum, pada hakikatnya ia sedang dirampas hak martabatnya. Islam memandang kehormatan seorang muslim sama berharganya dengan darah dan hartanya.

Rasulullah SAW menegaskan:


الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Hadis ini menggambarkan standar akhlak seseorang. Jika ucapan dan tindakannya membuat orang lain terluka, maka ia belum mencerminkan karakter muslim sejati. Perundungan jelas melanggar prinsip ini karena mengganggu orang lain dengan sengaja.

Selain itu, menghina orang lain bisa membuat pelaku jatuh pada dosa besar seperti menghina ciptaan Allah. Karena setiap fisik, karakter, dan keadaan manusia adalah takdir Allah yang harus dihormati.


b. Menyebarkan Permusuhan dan Kebencian

Perundungan tidak hanya menyakiti individu, tetapi juga merusak keharmonisan sosial. Di sekolah, bullying menimbulkan rasa takut dan membuat lingkungan tidak nyaman. Dalam keluarga, ia memunculkan luka mendalam. Di masyarakat, ia menumbuhkan budaya saling meremehkan.

Allah mengingatkan keras tentang bahaya menyakiti sesama:


وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Orang-orang yang menyakiti kaum mukmin tanpa alasan yang benar, mereka telah memikul kedustaan dan dosa yang nyata.”
(QS. Al-Ahzab: 58)


Ayat ini mencakup segala bentuk gangguan—baik fisik maupun verbal. Perundungan jelas termasuk perbuatan menyakiti yang berdosa besar.

Perilaku ini juga menciptakan permusuhan berkepanjangan. Korban akan merasa tersakiti, sedangkan pelaku semakin terbiasa menggampangkan dosa. Pada akhirnya, perundungan melahirkan lingkungan penuh kebencian, jauh dari nilai ukhuwah Islamiyah.


c. Menghilangkan Empati dan Kasih Sayang

Pelaku bullying biasanya kehilangan empati—kemampuan merasakan perasaan orang lain. Hatinya menjadi keras sehingga tidak peka terhadap rasa sakit yang dialami korban. Padahal Rasulullah SAW datang sebagai teladan kasih sayang bagi seluruh alam.

Rasulullah SAW bersabda:


لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّىٰ يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Seorang mukmin seharusnya tidak tega menyakiti orang lain, apalagi menjadikannya bahan hinaan. Perundungan bertentangan dengan inti ajaran ini.

Dampak Perundungan: Luka yang Tak Selalu Terlihat

Dampak bullying tidak selalu terlihat dari luar. Banyak korban mengalami luka batin yang mendalam: minder, trauma, ketakutan berlebihan, sulit bersosialisasi, bahkan mengalami gangguan mental. Dalam jangka panjang, korban bisa kehilangan percaya diri, kesulitan membangun hubungan, atau merasa hidupnya tidak berarti.

Perundungan termasuk bentuk kezaliman, dan Islam memperingatkan keras tentang bahaya zalim.

Nabi SAW bersabda:


اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jauhilah kezaliman, karena kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat.”
(HR. Muslim)


Pelaku bullying bukan hanya menumpuk dosa, tetapi juga akan memikul tanggung jawab atas setiap luka yang ditimbulkan.

Islam juga mengajarkan bahwa doa orang yang terzalimi sangat cepat dikabulkan, karena tidak ada tirai antara mereka dan Allah. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak kezaliman, termasuk perundungan.


Bagaimana Islam Mengajarkan Kita Menghindari Perundungan?

Islam bukan hanya melarang, tetapi juga memberi solusi agar umatnya terbiasa dengan akhlak mulia.


a. Menjaga Ucapan dan Perilaku

Rasulullah SAW mengingatkan pentingnya menjaga lisan:


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Dalam konteks perundungan, hadis ini mengajarkan kita untuk berpikir sebelum berbicara. Jika kata-kata yang keluar bisa melukai, maka diam jauh lebih baik.


b. Mencegah Kezaliman dan Menolong yang Dizalimi

Islam memerintahkan kita untuk tidak diam melihat kezaliman, bahkan jika pelakunya adalah teman kita sendiri.

Rasulullah SAW bersabda:


انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
Sahabat bertanya: “Bagaimana menolong yang zalim?”
Beliau menjawab:
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ
“Engkau menghentikannya dari berbuat zalim, itulah cara menolongnya.”
(HR. Bukhari)


Ini menunjukkan bahwa membiarkan bullying terjadi sama saja dengan menambah kezaliman. Islam mengajarkan keberanian moral untuk menghentikan keburukan.


c. Menjadi Teladan Akhlak Mulia

Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Tidak mungkin seseorang mengaku mengikuti beliau tetapi membiarkan orang lain tersakiti.

Beliau bersabda:


إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)


Dalam kehidupan sehari-hari, teladan itu bisa diwujudkan dengan menyapa teman, membantu yang kesulitan, menenangkan korban, dan menciptakan lingkungan yang aman.

Perundungan adalah akhlak tercela yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dalil-dalil Al-Qur’an dan hadis telah menjelaskan bahwa menghina, mempermalukan, dan menyakiti orang lain adalah bentuk kezaliman besar. Seorang muslim sejati adalah yang menghadirkan kenyamanan bagi orang lain, bukan ketakutan.